T-R-U-S-T

“coba tunjukkin ke aku, Manusia Mana yang akan punya kepercayaan yang sama utuh kedua kalinya? Manusia Mana yang dengan mudahnya memilih dikhianati untuk kedua kali? Manusia Mana yang dengan bodohnya membentuk kepercayaan untuk…. . untuk orang yang pernah membuatnya menjadi Manusia paling mengenaskan?” kata Zeya terisak. . ia mengusap air matanya kasar. Ia mulai gerah dengan sikap TasMan yang memaksa akhir akhir ini.
“ iya ze, aku ngerti. Tapi mama maksa aku buat balik ke kamu, aku sayang sama kamu” jawab TasMan santai. TasMan meMang menyayangi Zeya. Ia yakin, Zeya akan kembali padanya dengan sedikit paksaan seperti ini. Karena,menurutnya semua batu akan berlubang dengan cucuran air yang rutin.
“Man, denger aku. Kamu mungkin merasa jadi air disini, tapi andaikan benar, aku bukan batu kamu. Aku akan jadi besi. Bukan batu mu, jangan pernah berharap lagi” jawab Zeya seraya mengangkat tasnya dan berangsur pergi.
DEG!
Apakah Zeya bisa membaca pikirannya, batin TasMan panik.
“ze!. . ze!. . tunggu dulu. Kamu gak pernah mau taukan kenapa aku kayak gitu?” seru TasMan setengah berlari menghampiri.
“ gak mungkin ada alasan logis bagi perempuan yang kayak aku saat ini Man. Bener bener gak akan ada. Terlalu percuma kamu mau jelasin pake rumus kimia pun, gak akan ngaruh. Tugas kamu sekarang berdoa sama tuhan. Supaya kita bener bener jodoh Man. akupun berharap begitu, tapi gak bisa” kata Zeya halus, ia menatap TasMan lembut sekali seperti tatapan ibu kepada anaknya, bijaksana, penuh pengertian, namun tetap tampak tegas.
“ze, please. . kasih aku kesempatan buat bikin kamu bahagia. . aku janji. . ” jawab TasMan lesu, sebelum akhirnya Zeya memberinya isyarat untuk berhenti berbicara dengan meletakkan telunjuknya di bibir.
“ jangan Man, jangan janji janji sama aku. Pertama,aku gak akan percaya. Kedua,kamu gak akan bisa nepatin Man. Kamu akan bisa nepatin janji kamu” kata Zeya cepat, matanya mulai panas. Rasanya sedih, berusaha membenci orang yang masih dia sayangi.
“ze. . maAfin aku. . maAfin aku buat yang dulu dulu. Jadi temen bisa kan?” Tanya TasMan tertunduk, rasanya tak adalagi harapan kecuali menyerah, hanya dengan berteMan ia dapat bebas dekat dengan wanita yang ia cintai.
Yatuhan,apakah sesulit ini membohongi diri sendiri, batin Zeya berkecamuk.
“iya boleh” jawabnya singkat. Ia langsung melanjutkan berjalan dengan santai. Disusul oleh TasMan yang telah menemukan seMangatnya dari jawaban Zeya.
“ze, kamu bakal musuhin Afi?” Tanya ya membuka percakan lagi.
Zeya bergeming kemudian menjawab “ marah banget Man, Cuma gak mau musuhan”
“kenapa gak mau musuhan?” Tanya TasMan lagi,
“ aku gak mau seakan gila banget kalo punya pacar, aku gak mau kehilangan sahabat aku Cuma gara gara cowok. Gak tau ya Man aku rasanya percaya banget sama Afi. Aku gak pengen percaya kalo dia pernah kayak gini sama aku. Makanya aku gak pernah anggep ini ada. ” Jelas Zeya panjang. Kemudian TasMan hanya terdiam. Ia menatap jalan didepannya, rasanya ingin sekali merengkuh bahu Zeya, dan katakana yang sebenarnya, namun siapa yang akan percaya?, jika aku menulis ini di diary ku pun aku yakin dia menolak untuk percaya, batin TasMan seraya tertunduk.
“ Man kamu kenapa? Pusingnya kumat lagi?” Tanya Zeya khawatir
“ ini sebagai temen ka zey?” Tanya TasMan jahil.
“umm ,iyalah. ” Jawab Zeya salah tingkah dan mundur dari posisinya.
“ haha, kalo nanya nya sebagai temen, aku bilangnya aku gak apa apa” jawabnya jahil,seraya tertawa renyah.
Zeya tidak menjawab, Zeya tidak tahu sampai kapan ia akan tetap berada di kekakuan macam ini, kerinduan untuk disentuh tangannya, kerinduan di bilang jelek setiap sorenya, entah sampai kapan. Ia tidak berharap ada yang membalas rindunya. Ia hanya berharap rindunya segera hilang.
Zeya bukan orang yang serius. Namun kali ini dengan keseriusan yang luar biasa, ia menyatakan diri keluar dari kebahagiaan yang selama ini ia rasakan. Terlalu fana jika terus merasakan kebahagiaan macam itu, sedangkan ia tahu, bahwa kebahagiaan bukan yang seperti ditusuk,dan mati rasa.
Zeya menekan tombol dial 5 pada ponselnya yang terus tersambung dengan ponsel Afi.
“halo Fi, bisa ketemu? Iya di j. co, oke. Ditunggu ya” percakapan singkat. Ia memasukkan ponselnya kedalam tas dan fokus pada jalan didepannya. TasMan sudah pulang duluan dengan mobilnya, Zeya di ajak bersama namun ia menolak dengan alasan ingin bertemu Afi sebelum pulang.
Perjalanan menuju j. co iya tempuh dengan berjalan kaki. Yang sebenarnya jaraknya lumayan jauh dari kantornya. Namun yang ia rasakan masih sama, mati rasa. Sehingga ia gunakan semuanya dengan seefektif mungkin.
Ia memilih spot tempat duduk paling amat,mengingat ia akan berbicara dengan seseorang yang volume suaranya bisa naik seketika. Makanya ia meminimalisir pandangan aneh dari pengunjung lain. Ia memilih paling pojok yang memiliki sofa paling nyaMan dan stopcontact. tak perlu lama menunggu, orang yang ditunggu datang. Rasanya sudah lama sekali tidak bertemu dan berkomunikasi sejak kejadian mengenaskan beberapa minggu lalu. Zeya meMang sedang menenangkan diri, dengan menata kembali kepercayaanya buat Afi,sahabatnya.
Afi menghampiri kursi yang di duduki oleh Zeya, dan kemudian menjulurkan tangan, seperti ingin bersalaMan. Zeya mengangkat sebelah alisnya,s eraya berkata “ lo inget kan Fi, gue bukan client lo?” lalu Afi menarik tangannya, dan mereka berdua tertawa. Tawa yang beberapa bulan ini hilang dari kedai coffee and donuts ini. Tawa yang selalu membuat pelayan kedai ini menghampiri mereka. Kemudian keheningan tercipta setelah tawanya sudah tidak lagi membahana, akhirnya Zeya memecah keheningan.

“apa kabar Fi?” Tanya Zeya masih dengan kaku.
“ beberapa minggu aja gak bikin lo lupa kan ya Zi kalo gue gak suka basa basi” kata nya cepat, namun tidak ketus. Masih dengan panggilan salah-kesayangan- nya terhadap nama Zeya, entah apa yang ada di pikirannya, setiap membaca nama Zeya, pasti yang dapat di ucapkannya Ziya. Percayakan gue untuk menjadi orang yang akan selalu salah dan tidak akan membuat marah Zi, katanya dulu.
“ hehe iya, lo gak marah kan sama gue Fi?” Tanya nya to the point setelah senyum kecutnya.
“kenapa marah Zi? Bukannya elo yang marah ya?” dijawabnya pertanyaan Zeya dengan pertanyaan, yang lebih straight to point . membuat Zeya hampir berlari mengelilingi mall.
“gue gak pernah marah sama lo Fi, benerdeh. Gue Cuma gak pengen lo nya jadi gak enak sama gue. Makanya ngasih waktu. Gue Cuma pengen ngasih tau itu kok Fi sebenernya, gue gak marah. Gue yakin lo masih inget kalo gue nggak mungkin ninggalin sahabat Cuma gara gara cowok. Gue tau lo gak percaya sama sahabat. Tapi yang jelas, gue percaya. Karena ada elo. Ya pokoknya itu aja, ya terserah lo mau musuhin gue atau apa. Tapi gue kasih tau aja. Gue gak marah dan bakal jadi temen lo kapanpun lo butuh gue” jelasnya panjang lebar. Tertunduk, tanpa menyadari bahwa Afi memalingkan wajahnya kea rah lain, dan menangis. Seakan ingin menyembunyikan tangisnya, namun air matanya terlalu deras untuk di tutupi. Perasaan bersalah,mungkin.
“Zi gue saranin lo jauhin gue, sebelum lo tau siapa gue. Gue serius. Akan sama aja rasanya. Lo akan ninggalin gue suatu saat nanti Zi, gue yakin” jawabnya lemas.
“ iya nanti,pasti Fi. Lo masih inget kan kalo Manusia pasti mati? Iyaudah, pokoknya gue mau lo jadi sahabat gue, lo nya mau atau nggak? “ tanggapnya ceria. Entah apa yang membuatnya begitu yakin pada Manusia di hadapannya, yang ia rasakan hanya, ia harus percaya pada Afi. Entah apapun resikonya.
“gue nggak tau Zi, gue Cuma pengen ada di samping lo susah seneng” jawab Afi ceria, mungkin pembicaraannya dengan Zeya memberinya kepercayaan diri, atau meMang keceriaan itu menular ?
****************************
Sabtu
Zeya membongkar semua barang barang yang menyesakkan lemari dan kamar tidurnya, 1 persatu kotak iya buka, untuk melihat seberapa penting isinya, dan ditempatkan sesuai intensitas kebutuhannya. Sampai akhirnya ia melewati 1 kotak yang tidak ingin ia lihat isinya, karena ia sudah hafal setiap barang yang ada di dalamnya.
Zeya mulai membuka kotak kotak yang lainnya, namun rasanya hatinya selalu menatap miris ke kotak yang ia pisahkan, dengan tak kuat hati, akhirnya ia membuka kotak berdebu tadi dan melihat isinya, masih sama, isinya hanya tiket bioskop,struk pembelian, foto,sedotan soft drink, daun, kertas dengan tulisan acak acakan, gambar love. Masih sama persis seperti dulu, itu adalah kotak yang isinya semua kenangannya bersama TasMan selama kuliah, mereka meMang sudah cukup lama menjalin kasih, lebih tepatnya sejak semester 3 . terus berlanjut sampai merek bekerja ditempat yang sama, tanpa putus nyambung dan akhirnya benar benar kandas beberapa minggu lalu. Zeya meMandangi foto mereka 1 per satu,mereka masih cupu, rambut TasMan masih gondrong, dengan tas billabong. Dirinya juga masih sangat jauh dari kata modis jika dibandingkan dengan sekarang, dulu ia hanya gadis celana cutbray. KeManapun pergi tak akan pergi tanpa celana cutbray. Namun rasanya lebih Manis, lebih original dibanding segala ke modern an yang ada dan merenggut semuanya, merenggut TasMannya. Zeya menutup kotak tersebut kasar, rasanya masih mati rasa, tak ada lagi rasa ingin menangis ingat semua kenangan, TasMan sendiri yang membakar semuanya,batinnya. Kemudian melempar kotak itu sampai jauh, dan menciptakkan bunyi yang lumayan keras.
Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, meMandang langit langit kasur dan terus berFikir kiat kiat tercepat melupakan Mantan. Ide ide yang muncul dari kepalanya membuatnya sesekali tersenyum jahil, siapa yang tahu, senyum itu bagian termasuk kiatnya? , bahkan Zeya pun tak sadar bahwa ia hanya menghibur dirinya. Zeya bangkit dari kasurnya dan mengambil karton dari sudut ruangan. Membuka gulungannya, dan bersiap akan menuliskan sesuatu. Sampai akhirnya ter tulislah
Kiat kiat melupakan Mantan :
• Berhenti berFikir bahwa kita sayang sama dia
• Berhenti simpen barang kenangan di depan mata
• Inget inget terus alasan putus
• Inget muka dia sambil yang jelek
• Yang terakhir. . inget kalo dia yang diinginkan sahat kita
n. p: eMang gak semua kisah cinta kalian sama kayak gue, Cuma menurut gue dengan berFikir bahwa cowok itu yang disukain sahabat kita sendiri, gue yakin,kita akan ngerasa jera, masasih rela liat sahabat kita susah di atas kebahagiaan kita bareng doi. Buat refleksi aja.

Katanya dalam karton, entah akandi tempel diMana karton seluas itu, namuan yang jelas, di ruang kamarnya bisa dikatakan tidak ada space lagi untuk bisa di temple kecuali zya rela semua tempelan kertas dan gambar gambar itu di tindih oleh karton jumbo tersebut. Tak berapa lama kemudian ponsenya berdering,
Afi is calling. .
“ hal-law” sahutnya ceria dan diimutkan sebisa mungkin,seraya mencari cari headset di bok riasnya
“lagi apa Zi” Tanya Afi di sebrang sana yang sedang mengikir kuku indahnya di sabtu pagi.
“lagi nyari headset, terus abis itu gue bakal nempel sesuatu di langit langit kamar” jawab Zeya seadanya, kemudian ia menemukan headsetnya yang sedang terlilit dengan pelentik bulu mata.
“lo mau pake bintang bintang glow in the dark gitu? Aduh anak SMP abis lo” Tanya nya dengan nada yang luar-biasa-sangat-tidak-biasa.
“nggak, mau pasang kiat kiat ngelu… ngelurusin rambut dengan cepat” katanya cepat dan asal, tidak mungkin ia membeberkan dengan bodohnya kepada Afi bahwa ia belum dapat melupakan TasMan dan sangat sulit, makanya relarepot repot menulis kiat secanggih ini, Zeya langsung merebahkan tubuhnya di kasur, tidak jadi memasang kiat kiat yang dengan seMangat telah ia buat.
“ hah? Kiat kita ngelurusin rambut?” Tanya Afi heran,sampai ia melepas kikiran kukunya demi mendengan penjelasan dari Zeya tentang kiatnya yang super absurd itu.
“ nggak nggak Fi, bercanda. Jadi kapan mau jalannya?” jawab Zeya sekenanya, sudah buntu sekali, batinnya. Semua tenanga dan pikirannya telah ia curahkan kepada kiat yang pada akhirnya tidak jadi ditempel di kerajaannya.
Tok tok tok…
“ eh bentar ya Fi, ada yang ngetok pintu. Ntar gue telfon lagi” katanya cepat seraya menutup telfon dan berlari kea rah pintu apartemennya.
“iya sebentaaaaar” serunya kepada orang yang ada dibalik pintunya.
Ceklek. pintu terbuka.
Rasanya yang ingin dilakukan Zeya pada saat itu menutup pintu setelah melihat siapa yang ada dibalik pintu tersebut, namun terkecuali karena keadaan orang tersebut sedang di ambang keselamatan. Ia langsung membuka lebar pintu apartemennya, dan membantu tamu tersebut berjalan kearah ruang tamunya.
“ lo kenapa Man?” Tanya Zeya seraya meletakan kapas berevanol ke pipi TasMan yang bonyok.
“di tonjokkin orang ze, eh. . ehh. . ehh. Pelan pelan sakit tau” jawabnya singkat, dan langsung berangsur kesakitan karena Zeya yang terlalu menekan kepada lukanya.
“ eh iya maaf. . pacarnya Afi ya Man?” Tanya Zeya hati hati seraya memperlembut gerak kapasnya, agar TasMan tidak kesakitan lagi dan berkesempatan menggenggam tangannya karena kesakitan.
“ bukan urusan kamu pokoknya. Obatin aja deh pokoknya” jawab TasMan santai. Ia menyenderkan kepalanya di senderan sofa. Membiarkan perawat didepannya membersihkan luka nya.
“ yeeee. Udah dibantuin. Pake sok rahasia lagi. Katanya temen” jawabnya santai seraya memukul bahu TasMan. Rasanya hangat bisa kembali bercanda seperti ini dengan TasMan yang jahil. Zeya tersenyum kecut.
“ serius, ini bukan rahasia yang bisa diketahui sama temen ze, kalo pacar mungkin bisa. Kamu mau eMang jadi pacar aku? Udah jelek gini abis di tonjokkin orang?” katanya jahil. Membuat rena kembali membisu. Suasana menjadi hening akibat perkatan asal dari TasMan. Namun TasMan tidak menganggap nya, mungkin ia meMang sudah berhasil menganggap Zeya sebagai teMannya, bukan lagi Mantan pacarnya yang baru saja terlibat konflik dengan nya. Dan Zeya kerja dalam dia, sampai akhirnya TasMan tertidur di sofa apartemennya dengan luka memar memar di wajahnya.
Setelah TasMan tidur, Zeya bangkit dari tidurnya dan kemudian medapur untuk makan siang TasMan yang sedang sakit, ia membuka isi kulkasnya hanya berisikan sayuran. TasMan lagi sakit ini, bikini aja bubur. Namun sebelum ia berhasil menentukkan menu apa yang baik untuk TasMan yang sedang kesakitan. TasMan datang dari ruang tamu dengan terburu buru seraya mengatakan “ nanti bentar lagi nih, si Afi dateng kesini. Ze please dengan sangat jangan pernah bilang apapun kalo gue ada disini tadi oke ze?” katanya cepat tanpa menunggu jawaban ia berlari menghampiri Zeya dan mencium keningn Zeya cepat. Dan langsung berlari keluar ruangan apartemen. Namuan Zeya masih terdiam kaku, entah apa yang TasMan lakukan barusan namun ia hanya berhasil meyakinkan dirinya bahwa TasMan sedang tidak sadar dengan keberadaan dirinya dan sedang panik. Setelah mendapati dirinya sedang terdiam,Zeya segera berlaru menuju ruang tamu untuk membereskan semua obat obatan dan kapas yang habis dipakai TasMan. TasMan benar, tidak mungkin ia membiarkan Afi tau bahwa TasMan habis kerumah Mantan pacarnya karena habis di gebuki, sedangkan yang di ajak berbicara adalah pacarnya. Lucu juga,batinnya. .
Tak berapa lama setelah kepanikan TasMan, ada seseorang mengetuk pintu. Dengan keyakinan penuh bahwa itu adalah Afi, Zeya membuka pintu. Ia mendapati Afi dengan balutan dress super sexy dan wajah murung membuka tangannya,seperti hendak memeluk. Zeya menyambut pelukannya haru, melihat wajah sahabatnya yang ditekuk,seraya menggiring Afi masuk kedalam apartemennya untuk menceritakan asal muasal bad moodnya tersebut.
“kenapa Fi? TasMan kenapa? Atau rega?” Tanya Zeya sangat hati hati.
“mereka ribut. Rega nyerang TasMan. TasMan gak mau bales kata rega alasannya gini’gue gak mau ribut seakan akan ngerebutin cewek lo,gue justru pengen ngasih tau lo kandangin tuh cewek lo, biarin gue bahagia sama Zeya’ gitu masa Zi,percaya gak sih lo dia ngomong kayak gitu?” kata Afi memulai ceritanya. Membuat Zeya menelan ludah dan salah tingkah di awal cerita. Entah kenapa ia berharap bahwa cerita ini anti klimaks karena akan terus membuatnya semakin tersudut.
“uhm,eh bentar lo mau minum apa?” Tanya Zeya mengalihkan pandangan Afi.
“hah? Minum? Sejak kapan lo nawarin gue minum kalo gue kesini?” Tanya Afi santai, ia mengedarkan pandangannya, meMandang Zeya dari atas sampai bawah. Membuat Zeya mulai curiga.
“ lo kenapa sih Fi? Lo jijik sama gue?” katanya gugup. Ia mendapati tatapan menyeramkan dari mata Afi, ia mulai mundur perlahan.
“kenapa Zi? Lo udah tau? Tau semuanya?” balas Afi santai, dilanjutkan dengan tawanya yang dipaksakan.
“tau apa? Gue gak ngerti” jawab Zeya gugup, ia mundur kearah pintu, namun dengan gesit Afi menghampirinya dan membekap mulut Zeya. Zeya mencoba memberontak namunAfi lebih kuat.
“lo siapa Fi?” Tanya Zeya ketakutan setelah Afi melepaskan bekapannya. Zeya tak kuasa menahan air matanya karena ketakutan.
“ gue? Gue tetep Afi kok Zi, sama. Tapi this my black side. You know? I don’t have another side except this side. When I am nice I am a backstabber” jawabnya lantang. Afi tertawa sekeras yang ia bisa. ” Gue gak tau lagi giMana bisa ngejelasin ke elo kalo sahabat gak ada Zi, see? I am not your best friend. Gue udah peringatin lo dari awal. Tapi lo gak mau percaya. So? Its not my bussines anymore” lanjutnya seraya menengadahkan kepala,menahan tangis.
Zeya semakin ketakutan,ia mendapati Afi sedang menatapnya seakan ia adalah binatang buruan. Ia hanya terduduk menangis, menunggu TasMan datang karena beberapa meit lalu Afi menelphone TasMan agar datang sesegera mungkin untuk membuka semuanya, well, meMang itu yang dikatakan Afi ditelfon tadi. Zeya hanya berhasil sesekali melihat Afi yang sedang menangis dengan pandangan dan tak percaya.
“Fi, sebenernya lo kenapa?” Tanya Zeya gugup, ia yakin ia akan berhasil menemukan Afinya.
“gue? Kenapa? Kenapa baru sekarang lo Tanya gue kenapa? Bukan sekarang harusnya lo Tanya, tapi kemarin pas guemasih baik, itu yang rahasia. Itu yang bukan gue. ” Jawabnya seraya menenggelamkan wajahnya diantara kedua lututnya yang dipeluk.
“gue percaya ini bukan lo Fi” jawab Zeya santai.
“ Zi! Kenapa masih ngotot ajasih? Gue ini yang ngerebut pacar lo beberapa bulan lalu? Gue ini satu satunya orang yang berani ngerusak kepercayaan lo. Gue ini bukan orang baik tau? Lo tau? Gue berusaha nyadarin lo kalo gak ada orang baik!” tanggap Afi kasar, kali ini akhirnya ia menangis. Untuk pertama kalinya Zeya melihat air mata sebegini dalam dari sahabatnya. Zeya langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Afi dan membekapnya erat. Afi tak sanggup lagi menghindar, entah harus tambah menangis atau merasa lega, Afi hanya tak sanggup mengghindar.
TasMan memasuki ruangan apartemen dengan tergesa gesa, ia takut bahwa Zeya dalam keadaan bahaya karena berada dalam satu ruangan bersama wanita psycho katanya. Namun saat pintu terbuka, keadaan baik baik saja. Bahkan Zeya sedang membuatkan coklat panas untuk orang yang sedang terlelap di sofa ruang tamunya. Zeya telah mendengar semuanya, Afi adalah korban broken home yang mempunyai misi melalui penyebaran “tak ada orang baik” nya di sekitarnya. Caranya masih sama disetiap daerah, namun kali ini ia digagalkan oleh wanita polos-Zeya. Setelah melihat siapa yang barusan datang, Zeya langsung menghentikan aktiFitasnya. Ingin sekali rasanya berlari menghampiri seseorang di depan pintu sana, namun hatinya seakan menunggu seseorang tersebut menghampirinya,mengatakan semuanya bahwa dirinya mencintainya dengan sangat. Belum rampung membayangkan hal tersebut TasMan menghampirinya “ka. . kamu gak apa apa kan ze?” Tanya nya gugup, ia meMang sedang bingung dengan keadaan setenang ini di tempat yang harusnya adalah sasaran pengaManan polisi ini. “nggak apa apa Man, aku gak apa apa” jawab Zeya pura pura cuek dan melanjutkan mengaduk coklatnya. “ ze. . ” seru TasMan menggantung. “ hmm?” jawab Zeya sekenanya, “ jangan pernah berhenti percaya sampai kamu yakin kalo hal tersebut gak pantes di percaya, janji sama aku?” Tanya TasMan to the point. Zeya langsung mengangkat kepalanya dan menatap TasMan, TasMan langsung menganggukan kepala untuk menegaskan pertanyaannya. Zeya hanya menjawab petanyaan tersebut dengan anggukan tegas. 

Comments

Popular posts from this blog

Dear A.

Perks of Being Loved by ye bestfriend

aku curhat